2. Renungan Amak

Malam itu setelah mencuci piring, Bujang bergegas masuk kekamarnya dan mengemasi Barang-barangnya. Ia ambil tas karung buatannya sendiri yang biasa dipakenya berkebun. Dengan memasukkan beberapa potong pakaian, Bujang masih sempat berpikir apakah yang Ia lakukan ini adalah benar.

'Apakah tidak konyol rasanya mencari seseorang yang belum pernah kutemui, tapi apa arti mimpiku selama ini!? Mengapa tidurku harus dibayangi dengan wajah anggun rupawan yang mengatakan dirinya adalah Nirmala!?'

Tapi sekeras apapun Bujang berpikir, Ia takkan pernah sampai pada kesimpulan yang betul dan benar. Setelah ia selesai dengan pekerjaannya malam itu. Ia segera melemparkan tubuhnya di kasur kapuk usang, beralaskan tikar anyaman bambu dikamarnya sendiri. Dengan tangan menopang dibalik kepalanya bujang masih saja menerawang, menegadah menatap langit-langit yang seakan tak berujung.

Amak tau apa yang menimpa Bujang, Ia dalam pencarian jati diri, Ini adalah sama dengan apa yang pernah dirasakan dan dilakukan oleh abangnya Bujang, Lemang. Amak masih ingat perkataan Lemang ketika hendak ingin berlayar.

"Mak, Lemang hendak ingin pergi berlayar, mak. Lemang ingin pergi melihat cakrawala tak terbatas dilautan yang indah, akan aku arungi ombak dan laguna, dan merasakan desiran angin diwajahku, mencapai puncak perasaan dalam kebebasan. Dan menjadi raja bajak laut One Piece."
"One Piece.!?" Amak bingung dan bertanya.
"Oh.. One Piece itu film kartun Mak, ada komiknya juga. Aku sering baca karena dipinjami si Tapon anaknya Bang Polan"
"Ooo.." Amak, hanya melongo. Dia bingung bagaimana bisa cerita di perkampungan seperti ini, bisa saja ada komik.
"Tapi intinya begitulah, mak. Lemang ingin pergi berlayar, mak. Mencari pengalaman dan menjelajah negeri tak dikenal. Berlabuh di tempat yang baru dan merasakan petualangan kehidupan yang takkan pernah kurasakan jika hanya menetap ditempatku saat ini."
"Tapi bagaimana bisa kau berbicara begitu!?"
"Lah, Memangnya apa yang salah, Mak!!?"
"Kau ini kan baru 5 tahun, mana mungkin berlayar."
"Aiiihhh..." Lemang memegang kepalanya dan menengadah keblakang, Gubrak.
"Tunggulah 11-12 tahun lagi."
"Haah.. Amak..!" Lemang beranjak dari bale-bale dan berjalan agak berat sambil menundukkan kepala masuk kedalam rumah.
Dan amak pun tertawa kecil sambil menutup mulut dan geleng-geleng kecil. "hihihihihi..."

Tiba-tiba saja amak tersadar dari lamunannya ketika mengingat anak sulungnya si Lemang. Segera saja Amak masuk kedalam kamar Bujang, disinggapkannya tirai kamar Bujang, dan Bujang langsung beranjak dari kasurnya ketika menyadari Amak masuk. Bujang diam, dia hanya bisa menunduk. Dia tidak bisa menunjukkan wajahnya yang penuh rasa bersalah, yang harus meninggalkan Amak-nya sendirian. Dan duduk disamping Bujang, Amak berusaha mendongakkan kepala Bujang, sambil megusap-usap punggungnya.

"Sudahlah nak, amak mengerti apa yang ingin kau lakukan, sudah saatnya mungkin dirimu menjelajahi keinginan-keinginan dan hasratmu yang sebenarnya anakku."
"..." Lemang tak bisa berkata, Ia tak tahu harus berkata apa.
"Amak juga tidak akan memaksa untuk menahanmu disini. Kau harus mencari kebahagiaan untuk dirimu sendiri, nak. Amak hanya bisa mendukung dan mendoakanmu disini anakku."
"..." Lemang masih tetap diam.
Amak mengeluarkan beberapa lembar uang dalam dompet kecil dibalik pakaiannya. Lalu diserahkannya kepada si Bujang.
Melihat perhatian amaknya yang memberinya uang, Bujang tak sanggup lagi menahan haru-nya Ia langsung memeluk Amak.
Dan mengucapkan. "Terima Kasih, Mak.."
"..." Amak diam, dan lalu berkata. "Terima kasih apa!?"
"Uang ini. Ungtunglah Amak memberikan uang saku untuk perjalananku."
Jtaakk.. Bujang dijitak.
"Heh.. sapa bilang itu buat kau! itu uang amak kasih, karna amak mau minta tolong. Tolong kau pergi ke warungnya Pak. Rum beli obat nyamuk, cepetan mumpung masih buka."
"Haaaiiiihhh.. Amak." Bujang kecewa.
"Udahlah.. Cepaat sana. Tutup nanti warung Pak Rum, bisa makin kurus nanti amak dikeroyoki nyamuk."
"Iyah.. Iyah.. Bujang pergi ke warung.." Bujang menurut permintaan amaknya.
Melihat hal itu amak hanya tersenyum, menatap anaknya yang lugu tersebut. Amak kembali mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku kecil dibalik bajunya, dan disisipkannya kedalam tas Bujang, bersama sepucuk surat. Bertuliskan:
"Kalau kau pulang nanti, Tolong jangan kau lupa bawa oleh-oleh yah!! Salam Rindu -Amak"
Amak tersenyum.




~ Bersambung

0 comments:

Posting Komentar

Kalo sudah baca. Jangan Lupa tinggalin komentar yah!!