Terjebak Hujan +2

Dibelakangku duduk seorang wanita penumpang dadakan yang aku temui disebuah perempatan kota Bandung, yang mendadak minta tolong untuk diantar karena ketidak munculannya angkot malam itu. Langit malam masih meneteskan cucuran gerimis jalanan-jalanan basah dan beberapa jalan tampak sudah sepi.

Menikung disalah satu perempatan kota Bandung, aku melewati lampu merah dan akhirnya memasuki jalan Cikutra Timur dan menuju arah Cigadung untuk mengantar wanita yang ada dibelakangku saat ini. Tak banyak kata kami ucapkan bahkan kami diam satu sama lain. Sampai di sebuah rumah kecil dengan cahaya penerangan kuning seadanya, akhirnya aku berhenti, untuk..

Untuk numpang pipis ke rumah yang punya warung, karena aku tidak tahan dari tadi diterpa oleh semilir angin malam yang yang dingin. Tapi ternyata yang punya warung tidak mengizinkan untuk meminjamkan toiletnya, dan wanita yang berada di motorku saat itu tiba-tiba berkata.

"A' tahan aja, bentar lagi mau sampe kok, nanti numpang pipis di rumah saya aja"
"oh iyah.. yaudah.. ayo jalan lagi"

Aku lalu mengendarai kembali motorku dan akhirnya sampai juga kami disebuah rumah tampak besar berpagar tinggi 2,5 meter bernuansa sejuk dan asri dengan kebun sederhana yang memiliki lampu taman bulat membuat suasana rumah itu tampak ekslusif.

Belum lagi sang punya rumah membuka pagar. Tiba-tiba seorang lelaki keluar dari mobil Toyota Avanza berwana biru, dan berteriak.

"Susi.. Susi.. Susi.. aku mencarimu kemana-mana, aku rindu kamu."
"Toni..!?" Sejenak wanita diam sebelum melanjutkan lagi kata-katanya. "Apa yang kamu lakukan disini ton..!? Kita tuh udah ga ada hubungan apa-apa"
Belum sempat percakapan kedua orang itu berlansung lama segerombolan orang berlari membawa kamera dan mikrofon tinggi panjang yang terus diacung-acungkan diatas kepala kedua orang tadi yang bernama Susi dan Tono.
"Dan.. Dan.. Apa-apaan ini.. Kamu kenapa bawa-bawa kamera segala!?"
"Denger sus.. dengerin aku dulu, aku akan jelasin semuanya. Tapi plis sus aku.. aku  tuh masih sayang sama.."
"UDAAAH.. udah, udah sana semuanya.. bubar ga!? aku ga mau diliat rame-rame gini. Norak tau.. Ini apa-apaan lagi nyorot kamera.. Matiin ga matiin.. kalo ngga saya tereak nih.."
"Sus dengerin aku dulu.."
"UDAAAAAH.. SANAAA.. AKU TEREAK-TEREAK NIH.. SATEEEE... SATEEEE... MANGGGG... SATE MANG.. SINIH"

Para gerombolan itu terdiam melihat apa yang dilakukan wanita tadi. Tukang sate lebih terkejut melihat dirinya terlibat dengan drama ini.
"Iyah, neng ada apa!?"
"Pesan sate nya yah mang.. 8 Porsi"
"Iyah neng. Ditunggu.."
"Pake Lontong yah mang."
"Iyah neng."

Si lelaki yang tadi disebut-sebut dengan nama Toni kembali membuka suara. Memecah keheningan para kru yang saya inisialir sebagai kru sebuah stasiun TV.
"Sus.. Dengerin aku dong, maukan kamu, kita balikan lagi seperti dulu"
"Ngga ton, udah cukup aku disakitin sama kamu, udah sana kamu pulang"
"Tapi sus.. tapi.. tapi.."
"Tapi apa.. apa lagi yang mau kamu jelasin ke aku.."
"Tapi.. Tapi.." Belum selesai si Toni mengucapkan apa yang ingin dikatakannya, seorang lelaki lain kembali mengambil alih percakapan.

"Mba.. Mba.. Sebelumnya tenang dulu.. Saya Gundala dari Acara Tertohok-tohok dan Ini rekan saya.."
"Manda" Seorang wanita lain menjulurkan tangannya mengajak untuk berjabat tangan.
"Jadi Toni ini adalah klien kami.. dan dia ingin.. bla.. bla.. bla.."
"..."
"..."
Percakapan terus berlangsung serius antara Susi dan Kru TV.. dan aku..
Aku dari tadi berdiri, di dekat motorku. Mengapit erat-erat celanaku dan menutup rapat-rapat kedua pahaku, menahan sangat ingin betul-betul ingin segera pipis. Eeerrgghh.. Mukaku merah menahan diriku sendiri.

Aku sudah tidak tahan dengan diriku, aku colek Susi untuk mendapatkan responnya. Belum lagi aku sempat menyentuh bahunya Susi, si Toni langsung berteriak.
"Oh.. Jadi ini alasan kamu ninggalin aku sus, jadi gara-gara cowo itu"
Susi kaget dengan apa yang diucapkan oleh Toni. Dia segera melihat ke arahku dan segera ingat bahwa.. Ternyata aku mau pipis dan harus segera ke toilet. Susi langsung menggiring aku kedalam rumah, menarik tanganku.

Belum lagi, masuk pintu rumah. Lagi-lagi Toni bersuara.
"Sus.. Tolong kamu ga bisa mengabaikan aku begitu aja sus.. dengerin aku dulu"
Si Gundala dengan aksi kepahlawananya ikut beraksi, "Mba.. mba.. tolong waktunya sebentar aja, tolong dengarkan klien saya. Dia ini jauh-jauh dari Palembang mencari mba.. cuma untuk.." Gundala diam tidak melanjutkan kata-katanya karena aku memotongnya.
"Tolong mas, beri kami waktu sebentar" Aku menyela omongan si Gundala.
"Ngomong-ngomong mas ini.. Siapanya mba Susi!?" Si Gundala bertanya padaku,
Tapi Susi tidak mau berlama-lama segeranya digiringnya aku masuk ke dalam rumah, dan aku cuma menjawab agak beteriak kepada Gundala dan semua orang yang ada diluar.

"Nanti aku ceritain masss.. Panjang ceritanya."
"Udah.. Ga usah diladeni, kata Susi. Itu kamar mandinya. Lurus belok kiri."

Lama suasana hening. Hening didalam, hening juga diluar, Susi duduk di ruang tamu sendiri memegang kepalanya dan seakan pusing menghadapi sesuatu.
"Udah selesai!?" tanya Susi kepadaku
"Udah.. Makasih yah, yaudah saya langsung pulang aja yah teh"
"Ntar A' biarin yang diluar pada pergi dulu" Kata Susi.
"..." Aku diam saja dan ikut duduk disisi kursi yang lain di ruang tamu rumah itu.

Sedangkan suasana diluar, setiap orang nampak lelah dengan hari itu, sebagian dari mereka menyandarkan punggung mereka ke dinding dan sebagian lagi duduk diteras menundukkan kepala agak dalam.

Susi tidak ingin berlama-lama lagi, dia langsung menuju keluar pintu, dan ibarat seorang bintang iklan ketika pintu terbuka, cahaya berpendar dari belakang wanita itu, dan semua orang menghindari mukanya seakan tidak ingin melihat cahaya yang menyilaukan itu dan terdengar suara panjan, 'Aaaaaaaaa... Aaaaaaa... Aaaaa..'. Lalu ibarat suara kaset diberhentikan paksa ~Ngeiikk.. Jleb.. Sebuah suara memecah keheningan.

"Ini neng satenya, semuanya jadi delapan puluh ribu" Dan itu suara si tukang sate.
"Ini mang uangnya"

Lalu susi kembali berkata. "Udah dulu drama nya, sekarang ini semuanya makan sate dulu yah, yang ga dapet tolong bagi berdua aja sama temannya, dan ini A untuk Aa" Susi sembari memberiku satu porsi utuh sate ayam khusus untuk aku. "Jangan dibagi ke yang lain" Sambungnya.

Lalu Gundala akhirnya menghampiriku, dan bertanya dengan pertanyaan sama yang tadi sebelumnya sudah Ia tanyakan. Aku lalu bercerita semuanya ke Gundala seperti apa yang sudah aku tulis di Hikayat Jajaka '7. Gundala akhirnya memahami ceritaku, dan malam itu berakhir damai ketika semua orang makan sate ayam bersama-sama. Kecuali si Toni, yang belum kebagian, dan memesan satu porsi khusus untuk dirinya.

~ Tamat :)

0 comments:

Posting Komentar

Kalo sudah baca. Jangan Lupa tinggalin komentar yah!!